Tuesday, 22 October 2013

Bahan Bakar Air


Bahan Bakar Air


Bertambahnya jumlah kendaraan bermotor di Indonesia kian meningkatkan angka konsumsi BBM di negeri ini. Berdasarkan data jumlah kendaraan bermotor dari BPS tahun 2011, dapat diestimasikan dalam satu hari saja konsumsi BBM bersubsidi melebihi angka 137 juta liter (http://esdm.seruu.com). Itu saja baru kalkulasi dari konsumsi sepeda motor. Ketergantungan kronis kita kepada sumber energi tak terbarukan ini menjadi faktor kuat kelangkaan emas hitam. Karena itu, sangat diperlukan kebijaksanaan dalam eksplorasi dan pemakaiannya.
Di samping itu, penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama di kehidupan sehari-hari maupun industri terbukti menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Emisi yang dihasilkan menjadikannya sebagai kontributor utama Pemanasan Global. Kerentanan ini menuntut para pakar energi memunculkan solusi penggunaan bahan bakar alternatif dan mulai membangun kemandirian kita terhadap bahan bakar minyak. Salah satu solusi yang dinilai kontroversial namun berpotensi adalah penggunaan air sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM.
Bagaimana Air dapat digunakan sebagai bahan bakar?
Air merupakan senyawa yang tersusun atas unsur hidrogen (H2) dan oksigen (O2) dalam bentuk gas. Unsur penyusun air inilah yang nantinya dapat digunakan sebagai alternatif bahan bakar dalam proses pembakaran pada mesin karena sifatnya yang combustible. Jadi, dalam teknologi ini air tidak berperan sebagai sumber energi (energy source) melainkan sebagai pembawa energi (energy carrier).
Gas hidrogen sangat jarang ditemukan di atmosfer bumi sebagai unsur tunggal dan lebih sering ditemukan membentuk senyawa dengan unsur lain (senyawa hidrogen). Massa jenisnya yang sangat ringan dapat membuatnya terkeluarkan dari atmosfer bumi jika tidak bersenyawa dengan unsur lain. Karena itu untuk mendapatkan unsur tunggal hidrogen harus menguraikan senyawa hidrogennya terlebih dahulu.
Sebenarnya ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan gas hydrogen; produksi hidrogen dari pemecahan senyawa hidrokarbon (Steam reforming), dari pemecahan bahan organik (Gasifikasi Biomassa), atau dengan metode Gasifikasi Batu bara. Namun ketiga metode tersebut menghasilkan reaksi samping yang tidak ramah lingkungan seperti CO2, Sulfur dan CO.  
Elektrolisis Air
Elektrolisis merupakan metode penguraian molekul air menjadi unsur-unsur pembentuknya (H2 dan O2) dengan memanfaatkan arus listrik. Pembentukan gas hidrogen dari air dapat diproduksi dalam skala besar karena air merupakan SDA yang renewable dan tersedia melimpah secara alami di permukaan bumi. Di samping itu, metode ini tidak melepas zat yang berdampak buruk bagi lingkungan, tingkat kemurnian tinggi dan merupakan teknologi open source yang dapat dikembangkan oleh siapapun.
Pada prinsipnya, proses elektrolisis terjadi ketika arus listrik dialirkan ke dalam cairan elektrolit melalui elektroda (katoda dan anoda) pada sel elektrolisis. Arus listrik yang dialirkan membuat cairan elektrolit terurai sehingga pada plat katoda(+) terjadi reaksi reduksi membentuk hidrogen dan pada plat anoda(-) terjadi reaksi oksidasi membentuk oksigen. Gas hidrogen dan oksigen (oxy-hidrogen) yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung yang terkumpul di sekitar elektroda. Gelembung ini akan terus bertambah dan naik ke permukaan untuk selanjutnya disalurkan ke silinder mesin melalui intake manifold, dan dicampur dengan bensin dalam perbandingan tertentu untuk proses pembakaran.
Gas oxy-hidrogen yang dicampurkan dengan air-fuel mixture dapat menghemat konsumsi bensin. Misal 1 liter bensin menempuh jarak 7 km, dengan dicampur gas oxy-hidrogen 1 liter bensin mampu menempuh dua kali lipat jarak tempuh semula. Selain itu juga meningkatkan daya yang dihasilkan. Pembakaran hidrogen pada keadaan dan berat yang sama, mampu menghasilkan tenaga 3 kali lebih besar dari tenaga yang dihasikan dari pembakaran bensin atau solar. Ditambah lagi, pembakaran gas oxy-hidrogen tidak melepas zat yang membahayakan lingkungan sehingga sangat membantu dalam penekanan angka emisi kendaraan bermotor (http://winwannur.blogspot.com). Reaksi pembakaran oxy-hidrogen sebagai berikut :
2H2(g) + O2(g)                         2H2O(l) + energi

Ptinsip kerja bahan bakar hydrogen

Metode ini pernah dilakukan oleh Stanley Meyer, seorang peneliti dari Ohio, Amerika Serikat. Pada tahun 1995 VW kodoknya berhasil menempuh 160 km hanya dengan gas hidrogen yang dihasilkan dari elektrolisis 3 liter air. Terobosan ini menjadikannya penemu teknologi bahan bakar air paling sempurna pada masanya.
Komponen-komponen Bahan Bakar Air
Teknologi bahan bakar air ini tentunya memerlukan beberapa komponen dalam optimalisasi kinerjanya;


Pertama, diperlukan tabung Elektroliser untuk menampung larutan elektrolit, sekaligus tempat berlangsungnya proses elektrolisis. Di dalamnya terdapat dudukan elektroda yang akan diberi supply arus listrik. Tabung elektroliser harus terbuat dari bahan kaca atau plastik yang tahan panas dan juga kuat untuk mencegah deformasi tabung akibat isapan yang kuat dari mesin.
Kedua, Elektroda yang digunakan harus dari bahan stainless steel dan bersifat inert (biasanya platina) untuk mengantisipasi terjadinya karat pada elektroda dan tidak mempengaruhi reaksi elektrolisis yang terjadi.
Ketiga, cairan elektrolit yang terdiri dari campuran air murni tanpa mineral (aquades) dan katalisator seperti NaOH atau KOH (soda api). Katalisator akan larut dalam air murni untuk meningkatkan sifat konduktor air sehingga reaksi elektrolisis terjadi makin cepat.
Keempat, Water Trap (Vaporiser) untuk menyaring uap air yang mungkin masih terkandung dalam gas oxy-hidrogen sebelum masuk ke mesin.
Kelima, One way valve atau katup 1 arah pada tabung elektroliser untuk mengantisipasi ledakan yang dihasilkan dari pembakaran kembali ke tabung elektroliser (back fire).

Walaupun bahan bakar air ini sangat potensial, masih, banyak ditemukan permasalahan dalam penggunaannya. Seperti yang dilansir pada http://gas-hho.blogspot.com, timbulnya kerak dalam bentuk kristal putih yang banyak ditemukan di manifold sampai ruang bakar akibat penggunaan KOH sebagai katalis, kebocoran gas hydrogen pada tabung elektroliser yang mengakibatkan penurunan performansi mesin, maupun terjadinya back fire dari mesin. Ditambah lagi, penggunaan 100% bahan bakar hydrogen tanpa campuran bensin juga masih belum bisa diterapkan karena kondisi mobil bensin saat ini memang dirancang untuk bahan bakar bensin, karena itu perlu merubah setting mesin untuk menyesuaikannya.
Berbagai penelitian terus dilakukan untuk mewujudkan optimalisasi penggunaan air sebagai bahan bakar kendaraan. Bisakah teknologi ini terealisasi sebelum sumber minyak dunia benar-benar habis?

“Bermimpilah, karena mimpi yang membuat kita melebarkan sayap dan terbang untuk menggapainya”. 

(ATSANI UMARUL ARIFIN)

REFERENSI LAIN:














No comments:

Post a Comment