Bahan Bakar Air
Bertambahnya jumlah kendaraan bermotor di
Indonesia kian meningkatkan angka konsumsi BBM di negeri ini.
Berdasarkan data jumlah kendaraan bermotor dari BPS tahun 2011, dapat
diestimasikan dalam satu hari saja
konsumsi BBM bersubsidi melebihi angka 137 juta liter (http://esdm.seruu.com). Itu saja baru kalkulasi dari konsumsi sepeda motor. Ketergantungan kronis
kita kepada sumber energi tak terbarukan ini menjadi faktor kuat kelangkaan emas
hitam. Karena itu,
sangat diperlukan kebijaksanaan dalam eksplorasi dan
pemakaiannya.
Di samping itu,
penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama di kehidupan
sehari-hari maupun industri terbukti menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan.
Emisi yang dihasilkan menjadikannya sebagai kontributor utama Pemanasan Global.
Kerentanan ini menuntut para pakar energi memunculkan solusi penggunaan bahan
bakar alternatif dan mulai membangun kemandirian kita terhadap bahan bakar
minyak. Salah satu solusi yang dinilai kontroversial namun berpotensi adalah penggunaan
air sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM.
Bagaimana Air dapat digunakan sebagai bahan bakar?
Air merupakan senyawa
yang tersusun atas unsur hidrogen (H2) dan oksigen (O2)
dalam bentuk gas. Unsur penyusun air inilah yang nantinya dapat digunakan
sebagai alternatif bahan bakar dalam proses pembakaran pada mesin karena
sifatnya yang combustible. Jadi,
dalam teknologi ini air tidak berperan sebagai sumber energi (energy source) melainkan sebagai pembawa
energi (energy carrier).
Gas hidrogen sangat
jarang ditemukan di atmosfer bumi sebagai unsur tunggal dan lebih sering
ditemukan membentuk senyawa dengan unsur lain (senyawa hidrogen). Massa
jenisnya yang sangat ringan dapat membuatnya terkeluarkan dari atmosfer bumi
jika tidak bersenyawa dengan unsur lain. Karena itu untuk mendapatkan unsur
tunggal hidrogen harus menguraikan senyawa hidrogennya terlebih dahulu.
Sebenarnya ada beberapa
metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan gas hydrogen; produksi hidrogen dari
pemecahan senyawa hidrokarbon (Steam
reforming), dari pemecahan bahan organik (Gasifikasi Biomassa), atau dengan metode Gasifikasi Batu bara. Namun ketiga metode tersebut menghasilkan
reaksi samping yang tidak ramah lingkungan seperti CO2, Sulfur dan
CO.
Elektrolisis
Air
Elektrolisis merupakan
metode penguraian molekul air menjadi unsur-unsur pembentuknya (H2
dan O2) dengan memanfaatkan arus listrik. Pembentukan gas hidrogen
dari air dapat diproduksi dalam skala besar karena air merupakan SDA yang renewable dan tersedia melimpah secara
alami di permukaan bumi. Di samping itu, metode ini tidak melepas zat yang berdampak
buruk bagi lingkungan, tingkat kemurnian tinggi dan merupakan teknologi open source yang dapat dikembangkan oleh
siapapun.
Pada prinsipnya, proses
elektrolisis terjadi ketika arus listrik dialirkan ke dalam cairan elektrolit
melalui elektroda (katoda dan anoda) pada sel elektrolisis. Arus listrik yang
dialirkan membuat cairan elektrolit terurai sehingga pada plat katoda(+) terjadi
reaksi reduksi membentuk hidrogen dan pada plat anoda(-) terjadi reaksi
oksidasi membentuk oksigen. Gas hidrogen dan oksigen (oxy-hidrogen) yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung yang
terkumpul di sekitar elektroda. Gelembung ini akan terus bertambah dan naik ke
permukaan untuk selanjutnya disalurkan ke silinder mesin melalui intake manifold, dan dicampur dengan bensin
dalam perbandingan tertentu untuk proses pembakaran.
Gas oxy-hidrogen yang
dicampurkan dengan air-fuel mixture dapat
menghemat konsumsi bensin. Misal 1 liter bensin menempuh jarak 7 km, dengan
dicampur gas oxy-hidrogen 1 liter
bensin mampu menempuh dua kali lipat jarak tempuh semula. Selain itu juga
meningkatkan daya yang dihasilkan. Pembakaran hidrogen pada keadaan dan berat
yang sama, mampu menghasilkan tenaga 3 kali lebih besar dari tenaga yang
dihasikan dari pembakaran bensin atau solar. Ditambah lagi, pembakaran gas oxy-hidrogen tidak melepas zat yang
membahayakan lingkungan sehingga sangat membantu
dalam penekanan angka emisi kendaraan bermotor (http://winwannur.blogspot.com). Reaksi pembakaran oxy-hidrogen sebagai berikut :
Ptinsip kerja
bahan bakar hydrogen
Metode ini pernah
dilakukan oleh Stanley Meyer, seorang peneliti dari Ohio, Amerika Serikat. Pada
tahun 1995 VW kodoknya berhasil menempuh 160 km hanya dengan gas hidrogen yang
dihasilkan dari elektrolisis 3 liter air. Terobosan ini menjadikannya penemu
teknologi bahan bakar air paling sempurna pada masanya.
Komponen-komponen
Bahan Bakar Air
Teknologi bahan bakar air ini tentunya memerlukan beberapa komponen
dalam optimalisasi kinerjanya;
Pertama, diperlukan tabung Elektroliser
untuk menampung larutan elektrolit, sekaligus tempat berlangsungnya proses
elektrolisis. Di dalamnya terdapat dudukan elektroda yang akan diberi
supply arus listrik. Tabung elektroliser harus terbuat dari bahan kaca
atau plastik yang tahan panas dan juga kuat untuk mencegah deformasi tabung
akibat isapan yang kuat dari mesin.
Kedua, Elektroda yang
digunakan harus dari bahan stainless steel dan bersifat inert (biasanya
platina) untuk mengantisipasi terjadinya karat pada elektroda dan tidak
mempengaruhi reaksi elektrolisis yang terjadi.
Ketiga, cairan
elektrolit yang terdiri dari campuran air murni tanpa mineral (aquades) dan
katalisator seperti NaOH atau KOH (soda api). Katalisator akan larut dalam air
murni untuk meningkatkan sifat konduktor air sehingga reaksi elektrolisis
terjadi makin cepat.
Keempat,
Water Trap (Vaporiser)
untuk menyaring uap air yang mungkin masih terkandung dalam gas oxy-hidrogen sebelum masuk ke mesin.
Kelima, One way valve atau katup 1 arah
pada tabung elektroliser untuk mengantisipasi ledakan yang dihasilkan dari
pembakaran kembali ke tabung elektroliser (back
fire).
Walaupun bahan bakar air ini sangat potensial, masih, banyak
ditemukan permasalahan dalam penggunaannya. Seperti yang dilansir
pada http://gas-hho.blogspot.com, timbulnya kerak dalam bentuk kristal
putih yang banyak ditemukan di manifold sampai ruang bakar akibat penggunaan
KOH sebagai katalis, kebocoran gas hydrogen pada tabung elektroliser yang
mengakibatkan penurunan performansi mesin, maupun terjadinya back fire dari mesin. Ditambah lagi, penggunaan
100% bahan bakar hydrogen tanpa campuran bensin juga masih belum bisa
diterapkan karena kondisi mobil bensin saat ini memang dirancang untuk bahan
bakar bensin, karena itu perlu merubah setting mesin untuk menyesuaikannya.
Berbagai
penelitian terus dilakukan untuk mewujudkan optimalisasi penggunaan air sebagai
bahan bakar kendaraan. Bisakah teknologi ini terealisasi sebelum sumber minyak dunia
benar-benar habis?
“Bermimpilah,
karena mimpi yang membuat kita melebarkan sayap dan terbang untuk menggapainya”.
(ATSANI UMARUL ARIFIN)
REFERENSI
LAIN:
No comments:
Post a Comment