Saturday, 12 October 2013

Hybrid Tech

TEKNOLOGI MOBIL HYBRID


Motor bensin merupakan teknologi kendaraan yang masih memanfaatkan bensin sebagai sumber energi utamanya.
    
Bensin dari tanki diproses sedemikian rupa (karburasi ataupun injeksi) lalu dicampurkan dengan udara dalam perbandingan tertentu untuk kemudian dibakar di dalam silinder mesin atau yang biasa disebut teknologi “Internal Combustion Engine” (IC Engine). Ledakan yang ditimbulkan oleh proses pembakaran ini memberikan tekanan dalam silinder dan menciptakan gerakan reciprocate (naik-turun) piston. Gerakan piston inilah yang kemudian dikonversi menjadi putaran untuk menjalankan kendaraan.
    
Dewasa ini, penggunaan kendaraan berbahan bakar bensin paling banyak diminati. Tak heran, selain teknologinya yang cukup simple, kinerjanya terbukti baik. Infrastruktur yang tersedia untuk kendaraan ini pun lengkap, dari mulai suku cadang, service center, stasiun pengisian, semuanya siap.
    
Minat masyarakat akan teknologi ini pun kian meningkatkan budaya konsumstif masyarakat akan bensin yang tergolong sumber energi tak terbarukan ini. Bensin kini telah menjadi sumber energi pokok masyarakat dunia yang semakin dinamis, terutama pada sektor transportasi.

Kendati demikian, menurut Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Palembang, Novrian Fadillah, emisi gas sisa yang dihasilkan oleh proses pembakaran pada teknologi motor bensin turut menyumbang 80% dari total pencemaran udara di Indonesia (http://www.situshukum.com/).  Hal tersebut menjadi faktor kuat maraknya isu pemanasan global dan kelangkaan minyak bumi.

Alasan itulah yang mendasari mulai dikembangkannya berbagai solusi teknologi alternatif untuk mengatasi kerentanan kita akan hal tersebut. Salah satu yang kini sedang ramai dikembangkan dan mulai direalisasikan adalah Teknologi Mobil Hybrid.

Pada intinya, teknologi ini merupakan perpaduan antara teknologi konvensional mesin bensin dengan teknologi penggerak motor listrik yang bekerja secara komplementer. Penggunaan kedua sumber energi yang berbeda ini ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dalam menghemat bahan bakar dan juga menekan angka pencemaran udara yang ditimbulkan oleh emisi gas sisa hasil dari proses pembakaran dalam mesin.

Secara sederhana, teknologi Mobil Hybrid memiliki beberapa mode pengemudian yang disesuaikan dengan kondisi lalu lintas di negara kita;

Pertama, mode EV (electric vehicle) yang bekerja saat start awal hingga kecepatan rendah. Baterai memberikan energi listrik kepada motor listrik yang kemudian akan memutar roda mobil. Ketika mobil sudah berjalan hingga mencapai kecepatan konstan, IC engine mulai bekerja sesekali untuk membantu kerja motor listrik. Seperti yang dilansir pada http://ridomanik.blogspot.com/ mode ini mampu menempuh jarak maksimum sejauh 1 km (kondisi full battery) dengan kecepatan 45 km/jam.


Gambaran kerja Teknologi Mobil Hybrid

Kedua, mode akselerasi yang bekerja ketika kendaraan mulai menambah kecepatan. IC engine dan motor penggerak listrik bekerja secara bersamaan sehingga didapat double power untuk menjalankan kendaraan. Ketika kendaraan telah mencapai kecepatan tinggi yang konstan, IC engine mengambil alih peran sebagai power source dan motor listrik hanya sesekali saja membantu. Kombinasi dua sumber daya ini makin meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar dimana konsumsi bahan bakar lebih sedikit utuk menempuh jarak yang sama dibanding dengan mobil konvensional.

Ketiga, mode recovery yang bekerja ketika kendaraan mengalami perlambatan. Saat perlambatan, kondisi roda mengerem, tapi masih ada sisa putaran dari mesin. Sisa putaran inilah yang digunakan untuk memutar generator dan kemudian mengkonversinya menjadi energi listrik sebagai supply isi ulang baterai. Sehingga meningkatkan efektivitas dari kinerja kendaraan dimana potensi terjadinya loss power saat mengerem dikurangi.

Gambar komponen mobil hybrid

Dengan adanya perkembangan teknologi ini tentunya memiliki beberapa segi positif. Teknologi hybrid dapat mengurangi kekhawatiran kita akan kian meningkatnya harga BBM. Dan sekali lagi, implementasi teknologi hybrid dapat meningkatkan prosentase efektivitas penggunaan BBM serta menekan angka polusi yang timbul dari mobilitas kendaraan bermotor.

Hanya saja yang membuat harganya jadi mahal, teknologi ini memiliki desain internal yang rumit sehingga orang masih enggan membelinya. Ditambah lagi, ketersediaan infrastruktur penunjang teknologi ini seperti stasiun pengisian tenaga listriknya yang belum memadai, memperkecil kemungkinan baterai dapat berfungsi dalam waktu yang lama di segala medan jalan tanpa harus sering isi ulang.

Kekurangan tersebut menyadarkan kita bahwa masih banyak yang harus dibenahi dan diupayakan terlebih dahulu agar teknologi ini dapat bekerja secara optimal.

                                                                        (ATSANI UMARUL ARIFIN)

Referensi lain :







No comments:

Post a Comment